Komunikasi Massa


Komunikasi adalah seni dalam pemaknaan, yang melibatkan antara komunikator dan komunikan guna terwujudnya kesamaan pemahaman. Kesamaan pemahaman akan membentuk komunikan dan komunikator untuk saling merespon dan memberikan feedback, dan disanalah proses komunikasi terwujud. Pemahaman arti komunikasi cukup sederhana dalam arti kata bahwa komunikasi itu minimal harus mengandung kesamaan makna antara dua pihak yang terlibat. Dalam “bahasa” komunikasi pernyataan dinamika pesan (message), orang yang menyampaikan pesan disebut komunikator (communicator), sedangkan orang yang menerima pernyataan diberi nama komunikan (communicate). Untuk tegasnya komunikasi berarti proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan. (Effendy, 2003:28).
Komunikasi massa
Saat ini jika kita perhatikan, tidak ada satupun aktivitas yang terlepas dari pengaruh komunikasi massa, hampir setiap hari kita membaca koran, menyaksikan TV, dan lain lain. Dalam komunikasi massa komunikator massa berambisi menyebar luaskan berita dan hiburan kepada masyarakat. Semakin banyak orang, makin luas jangkauan, makin cepat, makin tepat informasi itu sampai ke tujuan,  maka mereka akan mengeluarkan biaya yang besar untuk memakai jasa media. Keistimewaan dari komunikasi massa adalah pemanfaatan saluran atau media massa semaksimal mungkin.
Komunikasi masa adalah bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) untuk menghubungkan komunikator dengan komunikan secara masal, yang sifatnya berjumlah banyak, tinggal saling berjauhan, sangat heterogen, dan menimbulkan efek efek tertentu.  Komunikasi massa berasal dari istilah bahasa inggris yang berarti mass communication, kependekan dari massmedia communication (komunikasi media massa). Artinya, komunikasi yang menggunakan media massa atau komunikasi yang “mass mediated”. Kata massa dalam komunikasi massa dapat diartikan lebih dari sekedar “orang banyak”. Seperti yang di kutip oleh Wiryanto dalam bukunya “Teori Komunikasi Massa” mengatakan bahwa Massa kita artikan sebagai “meliputi semua orang yang menjadi sasaran alat-alat komunikasi massa atau orang-orang pada ujung lain dari saluran”. (Wiryanto, 2000:2)
Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner yakni: komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang. (Ardianto, 2007:3)
Sedangkan ahli komunikasi Joseph A. Devito merumuskan definisi  komunikasi massa yang pada intinya merupakan penjelasan tentang pengertian massa, serta tentang media yang digunakannya. Ia mengemukakan definisinya dalam dua item, yakni “pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang audio dan/atau visual. (Ardianto, 2007:6)
Sedangkan dari Joseph R. Dominick : Komunikasi massa adalah suatu proses dimana suatu organisasi yang kompleks dengan bantuan satu atau lebih mesin memproduksi dan mengirimkan pesan kepada khalayak yang besar, heterogen, dan tersebar.
Banyak definisi komunikasi massa yang telah dikemukakan para ahli komunikasi. Bayak ragam dan titik tekan yang dikemukakan. Akan tetapi dari sekian banyak definisi yang ada terdapat benang merah dari kesamaan definisi satu sama lain, dan bahkan definisi-definisi itu sama lain saling melengkapi.
Ciri-ciri komunikasi massa antara lain :
1. Komunikator bersifat melembaga.
Komunikator dalam komunikasi massa itu bukan satu orang, tetapi kumpulan orang-orang. Artinya gabungan antara berbagai macam unsur dan bekerja satu sama lain dalam sebuah lembaga. Didalam komunikasi massa, komunikator adalah lembaga media massa itu sendiri. Itu artinya, komunikatornya bukan orang per orang. Menurut Alexis S Tan (1981)
Komunikator dalam komunikasi massa adalah organisai sosial yang mampu memproduksi pesan dan mengirimkanya secara serempak ke sejumlah khalayak yang banyak dan terpisah. Komunikator dalam komunikasi massa biasanya adalah media massa (surat kabar, televisi, stasiun radio, majalah dan penerbit buku. Media massa disebut sebagai organisasi sosial karena merupakan kumpulan beberapa individu yang  dalam proses komunikasi massa tersebut. (Nurudin,2004:16-18)
2. Komunikan bersifat anonim dan heterogen.
Komunikan dalam komunikasi massa sifatnya heterogen, artinya pengguna media itu beragam pendidikan, umur, jenis kelamin, status sosial, tingkat ekonomi, latar belakang budaya, punya agama atau kepercayaan yang tidak sama pula. Selain itu dalam komunikasi massa, komunikator tidak mengenal komunikan (anonim) karena komunikasinya menggunakan media dan tidak tatap muka. (Ardianto,2004:9)
3. Pesan bersifat umum.
Pesan-pesan dalam komunikasi massa itu tidak ditujukan kepada satu orang atau satu kelompok masyarakat tertentu. Dengan kata lain, pesan - pesan itu ditujukan kepada khalayak yang plural. Oleh karena itu pesan- pesan yang dikemukakan tidak boleh bersifat khusus. Khusus disini memilki arti pesan itu memang tidak disengaja untuk golongan tertentu. Kita bisa melihat televisi misalnya, karena televisi itu ditujukan dan untuk dinikmati orang banyak, maka pesannya harus bersifat umum. Misalnya dalam pemlihan kata-katanya sebisa mungkin memakai kata-kata populer, bukan kata-kata ilmiah sebab kata-kata ilmiah itu hanya ditujukan untuk  kelompok tertentu.
4. Komunikasinya berlangsung satu arah.
Karena komunikasi massa itu melalui media massa , maka komunikator dan komunikannya tidak dapat melakukan kontak langsung. Komunikator aktif menyampaikan pesan dan komunikanpun aktif menerima pesan, namun diantara keduanya tidak dapat melakukan dialog sebagaimana halnya terjadi dalam komunikasi antarpribadi. Dengan demikian komunikasi  massa itu bersifat satu arah. 
5. Menimbulkan keserempakan.
Dalam komunikasi massa itu ada keserempakan dalam proses penyebaran pesan-pesannya. Serempak disini berarti khalayak bisa menikmati media massa tersebut hampir bersamaan. Effendi (1999), mengartikan keserempakan media massa itu ialah kontak denagn sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikator, dan penduduk tersebut satu sama lainnya berada dalam keadaan terpisah. 
6. Mengandalkan peralatan teknis.
Media massa sebagai alat utama dalam menyampaikan pesan kepada khalayaknya sangat membutuhkan bantuan peralatan teknis. Peralatan teknis adalah sebuah keniscayaan yang sangat dibutuhkan media massa tak lain agar proses pemancaran atau penyebaran pesannya bisa lebih cepat dan serentak kepada khalayak yang tersebar. 
7. Dikontrol oleh Gatekeeper.
Gatekeeper atau yang sering disebut dengan penjaga gawang adalah orang yang sangat berperan dalam penyebaran informasi melalui media massa. Gatekeeper ini berfungsi sebagai orang yang ikut menambah atau mengurangi, menyederhanakan, mengemas agar semau informasi yang disebarkan lebih mudah dipahami. Gatekeeper juga berfungsi untuk menginterpretasikan pesan, menganalisis, menambah atau mengurangi pesan-pesannya. Intinya adalah pihak yang ikut menentukan pengemasan sebuah pesan dari media massa. Keberadaan gatekeeper sama pentingnya dengan peralatan mekanis yang harus dipunyai media dalam komunikasi massa. Oleh karena itu, gatekeeper menjadi keniscayaan keberadaannya dalam media massa dan menjadi salah satu cirinya. (Nurudin, 2004:16-30)

Efek komunikasi masa

Berdasarkan teorinya, efek komunikasi masa dibedakan menjadi tiga macam efek, yaitu efek terhadap individu, masyarakat, dan kebudayaan.

Efek komunikasi masa terhadap individu

Menurut Steven A. Chafee, komunikasi masa memiliki efek-efek berikut terhadap individu:
  1. Efek ekonomis: menyediakan pekerjaan, menggerakkan ekonomi (contoh: dengan adanya industri media massa membuka lowongan pekerjaan)
  2. Efek sosial: menunjukkan status (contoh: seseorang kadang-kadang dinilai dari media massa yang ia baca, seperti surat kabar pos kota memiliki pembaca berbeda dibandingkan dengan pembaca surat kabar Kompas.
  3. Efek penjadwalan kegiatan
  4. Efek penyaluran/ penghilang perasaan
  5. Efek perasaan terhadap jenis media
Menurut Kappler (1960) komunikasi masa juga memiliki efek:
  1. conversi, yaitu menyebabkan perubahan yang diinginkan dan perubahan yang tidak diinginkan.
  2. memperlancar atau malah mencegah perubahan
  3. memperkuat keadaan (nilai, norma, dan ideologi) yang ada.

Efek komunikasi masa terhadap masyarakat dan kebudayaan

  1. Teori spiral keheningan oleh Noelle-Newmann
  2. Teori Penentuan Agenda oleh Combs dan Shaw
Teori ini membentuk persepsi khalayak tentang apa yang dianggap penting.  Dasar pemikirannya adalah: diantara berbagai topik yang dimuat media massa, topik yang lebih banyak mendapat perhatian dari media massa akan menjadi lebih akrab bagi pembacanya, akan dianggap penting dalam suatu periode tertentu, dan akan terjadi sebaliknya bagi topik yang kurang mendapat perhatian media massa.  Ex. Kasus Merapi yang menjadi headline oleh banyak media massa dalam waktu yang sama, sehingga menjadi pembicaraan khalayak. Teori ini menekankan adanya hubungan positif antara penilaian yang diberikan media terhadap suatu persoalan dengan perhatian yang diberikan khalayak pada persoalan tersebut. Dengan kata lain, “apa yang dianggap penting oleh media, akan dianggap penting pula oleh masyarakat. Apa yang dilupakan media, akam luput juga dari perhatian masyarakat”. • Pengaruh media terasa lebih kuat pada masyarakat, karena orang memperoleh banyak informasi tentang dunia dari media massa pada saat yang sama sehingga sukar untuk mengecek kebenarannya. Hal tersebut mempengaruhi efek derasnya arus informasi yang beredar.
Proses dan model komunikasi massa
Menurut Onong Uchjana Effendy, Proses komunikasi pada intinya terbagi menjadi dua tahap, yakni secara primer dan secara sekunder.
a.      Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pesan dan atau perasaan kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang atau simbol berupa bahasa, kial, syarat, gambar, warna dan lain sebagainya, yang secara langsung mampu ”menerjemahkan” pikiran, perasaan komunikator kepada komunikan. Bahasa yang paling banyak digunakan dalam komunikasi adalah jelas karena bahasalah yang paling mampu “menerjemahkan” pikiran seseorang kepada orang lain. Berkat kemampuan bahasa, maka kita dapat mempelajari ilmu pengetahuan sejak ditampilkan oleh Aristoteles, Plato, dan Socrates, dapat menjadi manusia yang beradap dan berbudaya, dan dapat memperkirakan apa yang akan terjadi pada tahun, decade, bahkan abad yang akan datang. Media primer atau lambang yang paling banyak digunakan dalam komunikasi adalah bahasa. Akan tetapi tidak semua orang pandai mencari kata-kata yang tepat dan lengkap yang dapat mencerminkan pikiran dan perasaan yang sesungguhnya. Komunikasi berlangsung apabila terjadi kesamaan makna dalam pesan yang diterima oleh komunikan. Dengan perkataan lain, komunikasi adalah proses membuat sebuah pesan setala (tuned) bagi komunikator dan komunikan.
b.       Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua, setelah memakai lambang sebagai media pertama. Seorang komunikator menggunakan media kedua dalam melancarkan komunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya berada di tempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak. Surat, telepon, teleks, surat kabar, majalah, radio, televisi, film, dan banyak lagi adalah media kedua yang seringa digunakan dalam komunikasi. Karena proses komunikasi sekunder ini merupakan sambungan dari komunikasi primer untuk menembus dimensi ruang dan waktu, maka dalam menata lambang-lambang untuk memformulasikan isi pesan komunikasi, komunikator harus memperhitungkan ciri-ciri atau sifat-sifat media yang akan digunakan. Penentuan media yang akan dipergunakan sebagai hasil pilihan dari sekian banyak alternatif perlu didasari pertimbangan mengenai siapa komunikan yang akan dituju.

1.      Komponen Komunikasi Massa
Untuk membahas komponen-komponen komunikassi massa, Hiebert, Ungurait dan Bohn, yang sering kita singkat menjadi HUB (1975), yang di kutip oleh Elvinaro Ardianto dalam bukunya Komunikasi Massa, mengemukakan komponen-komponen komunikasi massa meliputi sebagai berikut :
a.      Communicator (komunikator)
Proses komunikasi massa diawali oleh komunikator (communicator). Komunikator komunikasi massa pada media cetak adalah para pengisi rubrik, reporter, redaktur, pemasang iklan, dan lain-lain. Sedangkan media elektronik komunikatornya adalah para pengisi program, pemasok program, penulis naskah, produser, aktor, presenter, dan lain-lain. Komunikator dalam media massa berbeda dengan komunikator dalam komunikasi antarpersonal.
b.      Codes and Content
Codes and content dapat dibedakan sebagai berikut : codes adalah sistem simbol yang digunakan untuk menyampaikan pesan komunikasi. Content atau isi media merujuk pada makna dari sebuah pesan, bisa berupa informasi mengenai berita yang serius atau sebuah lelucon. Pada media cetak, codes nya adalah tulisan atau huruf-huruf.
c.       Gatekeeper
Sering sekali diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sebagai penjaga gawang. Gawang yang dimaksudkan disini adalah gawang dari sebuah media massa, agar media massa tersebut tidak “kebobolan”. Kebobolan dalam pengertian media massa tersebut tidak diajukan ke pengadilan oleh pembacanya karena menyampaikan berita yang tidak akurat, menyinggung reputasi seseorang, mencemarkan nama baik seseorang dan lain-lain.
d.      Regulator
Dalam proses komunikasi massa, regulasi media massa adalah suatu proses yang rumit dan melibatkan banyak pihak. Peran regulator hampir sama dengan gatekeeper, namun regurator bekerja di luar di luar institusi media yang menghasilkan berita.
e.       Media
Media massa terdiri dari : media cetak yaitu surat kabar dan majalah, dan media elektronik yaitu radio siaran, televisi, dan media online.
f.        Audience (audiens)
Marshall McLuhan menjabarkan audience sebagai sentral komunikasi massa yang secara konstan dibombardir oleh media. Audience hampir tidak bisa menghindar dari media massa, sehingga beberapa individu menjadi anggota audience yang besar, yang menerima ribuan pesan media massa.
g.       Filter
Pada setiap pembahasan komponen komunikasi massa, kita harus mempertimbangkan masalah budaya, karena sering kali proses komunikasi massa menghadapi hambatan berupa perbedaan budaya. Masalahnya sekarang, bagaimana media massa mengantisipasi hambatan dengan mempertimbangkan faktor yang menjadi sumber hambatan. Filter boleh juga diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sebagai saringan. Filter komunikasi dipengaruhi oleh tiga kondisi yaitu, cultural (budaya), pychological (tatanan psikologi) dan physical (kondisi fisik).
h.      Feedback (umpan balik)
Komunikasi adalah proses dua arah antara pengirim dan penerima pesan. Proses komunikasi belum lengkap apabila audiens tidak mengirimkan respons atau anggapan kepada komunikaor terhadap pesan yang disampaikan. Respon atau tanggapan ini disebut feedback (Ardianto, 2007:31).

2.     Hambatan Dalam Komunikasi Massa
Hambatan dalam kegiatan komunikasi yang mana pun tertentu akan mempengaruhi efektifitas proses komunikasi massa, jenis hambatannya relatif lebih kompleks sejalan dengan kompleksitas komponen komunikasi massa. Hambatan komunikasi massa terdapat tiga hambatan yaitu :
a.      Hambatan Psikologis
kepentingan, prasangka, stereotipe dan motivasi
b.      Hambatan Sosiokultural
§  Aneka etnik
§  Perbedaan norma sosial
§  kurang mampu berbahasa Indonesia
§  Faktor semantik
§  Pendidikan belum merata
§  Hambatan mekanis
c.       Hambatan Interaksi Verbal (Ardianto, 2007:89).
Hambatan komunikasi massa yang termasuk dalam hambatan psikologis adalah kepentingan (interest), prasangka (prejudice), stereotip (stereotype) dan motivasi (motivation). Disebut sebagai hambatan psikologis karena hambatan-hambatan tersebut merupakan unsur-unsur dari kegiatan psikis manusia (Ardianto, 2007:89).
Hambatan komunikasi massa yang termasuk dalam hambatan sosiokultural (Ardianto, 2007:94) adalah aneka etnik, perbedaan norma sosial, kurang mampu berbahasa Indonesia, faktor semantik, pendidikan belum merata, dan hambatan mekanis.
DeVito (1984) mengemukakan tujuh jenis hambatan yang sering terjadi pada komunikasi antarpersona. Dari ketujuh jenis hambatan interaksi verbal tersebut, beberapa diantaranya dapat pula terjadi pada komunikasi massa, namun dengan sedikit perbedaan. Jenis-jenis hambatan itu di antaranya : polarisasi, orientasi intensional, evaluasi statis, dan indiskriminasi (Ardianto, 2007:98).





Komentar

Postingan Populer